
Akhir 2014, dunia teknologi Indonesia ramai membicarakan Khoirul Anwar. Doktor berusia 38 tahun itu ramai disebutkan sebagai penemu teknologi Long Term Evolution (LTE) atau yang biasa disebut 4G.
Khoirul,
yang bekerja sebagai asisten profesor di School of Information, Science
Japan Advanced Institute of Science and Technology (JAIST), kemudian
mengklarifikasi kabar tersebut. Memang ia berkontribusi dalam
pengembangan teknologi 4G LTE namun bukan secara keseluruhan.
Sebenarnya, dalam sebuah catatan di blog pribadinya pada Desember 2014, Khoirul pernah menyatakan bahwa ia bukanlah penemu 4G LTE. "Saya
tidak menulis sebagai penemu 4G LTE karena 4G LTE sendiri seharusnya
memang tidak ditemukan, melainkan disepakati. Forumlah yang menyepakati
teknik tertentu untuk dipakai atau tidak dipakai dalam sebuah standard,"
tulisnya. Agar lebih jelas, pria kelahiran Kediri, Jawa
Timur, itu lalu mengulang kembali seperti apa tepatnya kalimat yang
diucapkannya dua tahun lalu itu.
"Yang saya sampaikan saat ditanya wartawan adalah bahwa yang saya kerjakan adalah prinsip/konsep dasar dengan dua Fast Fourier Transform (FFT) berpasangan, dan ini 'dipakai' dalam 4G uplink," kata Khoirul kepada KompasTekno, Rabu (16/3/2016).
"Dimulai sekitar 2010-2011, saat 4G belum terkenal. Yang jelas saya bilang bahwa saya menemukan konsep dua FFT. Dan ternyata 4G system di masa depan menggunakan konsep dua FFT juga," tambah Khoirul seperti dikutip detikINET.
Jadi
temuan konsep dua FFT yang dipakai dalam teknologi 4G LTE, sering
diartikan secara umum oleh orang awam bahwa Khoirul Anwar sebagai
'penemu' 4G LTE.
Teknologi LTE sendiri terdiri dari banyak
komponen. Dan kurang tepat jika menyebut 4G LTE itu 'ditemukan', lebih
tepatnya 'disepakati' oleh badan standarisasi internasional bernama 3rd
Generation Partnership Project (3GPP).
Di 3GPP terdapat dua orang
perwakilan Indonesia yang juga tidak membenarkan kabar tersebut yakni
Dr. Basuki Priyanto, Master Researcher di Sony Mobile Communications AB,
dan Dr. Eko Onggosanusi, Direktur Riset Samsung Research Amerika.
Keduanya berpendapat, konsep dua FFT tersebut sudah dipublikasikan pada
2002. Sedangkan Khoirul mematenkan konsep pemakaian dua FFT pada 2005, Paten US 7804764 B2.
"Jadi,
seorang penemu skema FFT yang berbeda dari sebelumnya tak bisa
mengklaim bahwa penemuannya telah atau akan diapakai untuk LTE," ujar
Basuki dan Eko ke KompasTekno (16/3).
Khoirul menanggapi pendapat tersebut ke detikINET dengan mengatakan, "Konsep dua FFT ini baru dan paten granted serta menjadi standar international ITU. Karena kalau tidak baru kan harusnya tidak lolos patent dan tidak menjadi standard."
Ia
membuktikan bahwa temuannya berbeda dengan menurunkan rumus
berkali-kali sampai menjadi standar International Telecommunication
Union (ITU) dan tidak ada lagi tinjauan ulang dan protes.
Menurut
Khoirul protes dalam dunia penelitian merupakan suatu hal yang biasa
terjadi. Untuk pembenaran, sang peneliti harus kembali menjabarkan
perumusan masalah hingga dapat dibuktikan bahwa temuannya bersifat baru.
Konsep dua Fast Fourier Transform (FFT)
Konsep dua Fast Fourier Transform (FFT) adalah teknik modulasi sinyal dari gawai ke base station
yang dapat menghemat baterai dengan pemakaian daya rendah. FFT masuk
menjadi sebuah standar 4G LTE namun tidak mewajibkan untuk selalu
diterapkan.
Pemakaian dua FFT adalah salah satu cara untuk
mengimplementasikan komponen Orthogonal Frequency Multiplexing (OFDM)
dalam spesifikasi 4G LTE. OFDM adalah metode modulasi sinyal yang memungkinkan transfer data berkecepatan tinggi 4G LTE, dalam hal pemancaran sinyal dari base station ke gawai (downlink). Untuk arah sebaliknya, dari gawai ke base station (uplink),
dikenal metode Single Carrier-Frequency Division Multiple Access
(SC-FDMA) yang merupakan modifikasi dari OFDM dengan penambahan FFT,
sehingga mampu menghemat pemakaian baterai.
sumber:https://beritagar.id/artikel/sains-tekno/khoirul-anwar-tegaskan-dirinya-bukan-penemu-4g
Komentar
Posting Komentar